Wayang

Spiritualitas pengembangan dan aplikasi budaya dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kesadaran historis dan sosiologis. Berdasarkan kesadaran historis kita akan dapat belajar dan menghargai pengalaman masa lalu. Bahkan Bung Karno, Presiden pertama RI dalam salah satu pidatonya mengatakan “Janganlah kita sekali-kali meninggalkan sejarah” (Jasmerah). Dengan kesadaran sosiologis kita akan dapat mengambil hikmah terhadap realita hidup dan kehidupan masa silam, masa kini, bahkan masa mendatang. Manusia sesungguhnya memang makhluk yang terikat akar sejarah dan budaya, dan karena itu hendaknya kita menyadari bahwa manusia tidak bisa sampai pada kebenaran yang bersifat universal.
Di bumi Nusantara yang dalam bahasa pedalangan disebut Bumi Nuswantara, khususnya di Pulau Jawa, telah berkembang budaya dalam bentuk sastra lisan maupun sastra tulis. Salah satu karya sastra tersebut adalah kisah wayang yang bersumber dari, menurut lahirnya, Kisah Mahabharata dan Kisah Ramayana. Dalam bentuk sastra tulis, kedua epos ini berkembang di istana atau pusat-pusat kerajaan yang sekaligus merupakan pusat kebudayaan. Agar lebih meluas, dicarilah upaya untuk merakyatkan kisah-kisah tersebut. Mula-mula lahir sastra lisan; kisah-kisah disampaikan secara lisan. Selanjutnya dilukis secara sederhana dalam selembar kulit dan akhirnya divisualisasikan dalam bentuk bayangan manusia yang disebut wayang atau bayang-bayang. Supaya lebih menarik dan memikat rakyat, ditambahkan bunti-bunyian yang disebut gamelan yang kemudian dilengkapi karya seni yang lain. Sesuai dengan perkembangan, selanjutnya timbullah wayang yang dimainkan oleh orang, maka lahirlah wayang orang.
Dalam kisah-kisah wayang purwa disampaikan ajaran tentang moral, kebenaran, dan sudah barang tentu hidup bermasyarakat. Untuk menghormati para leluhur yang telah melahirkan ajaran yang sangat baik dan indah, ajaran tersebut diagungkan dengan nama Ajaran Adiluhung. Ajaran Adiluhung bukan hanya menyampaikan moral, tetapi juga solusi terhadap suatu masalah. Para seniman wayang, khususnya para dalang, sering mengatakan bahwa pergelaran wayang merupakan tontonan yang menyampaikan ajaran sebagai tununan dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.
Layanan Indonesia Indigeneous Resource Center (IRC) berusaha turut melestarikan budaya wayang pada umumnya, dan secara khusus ikut membangun karakter bangsa melalui website pengayaan konten IIRC. Diharapkan koleksi tentang wayang ini dapat diteladani dan dapat memotivasi serta mengilhami bangsa ini, khususnya generasi muda.

Macam-macam Wayang di Indonesia

5 Jenis Wayang Indonesia

Macam-macam Wayang

1001 Gambar Wayang Kulit Beserta Sejarah dan Deskripsi

Sejarah Wayang Nusantara

Sejarah Pentas Wayang Nusantara

Wayang Kulit, Kekayaan Seni Nusantara yang Bernilai Adiluhung

100+ Gambar Wayang Kulit Indonesia Serta Kesenian dan Sejarah

Wayang Timplong, Kesenian Wayang Dari Nganjuk Jawa Timur

Ricikan (Asesoris Wayang Orang)

Museum Wayang Kekayon: rumah bagi koleksi wayang se-Indonesia

Wayang (Macam-macam Wayang)

Pembuatan Wayang kulit di Kota Solo Jawa Tengah

Mengenal Wayang Jawa Timuran

Rumah Wayang

Koleksi Museum Wayang Wuryantoro Ditampilkan Di Pameran Warisan Dunia

Museum Wayang Banyumas

Wayang Sasak